Minggu, 31 Desember 2017

Renungan Minggu Kelima Desember 2017

TAHUN BARU : BERMEGAH DALAM TUHAN
"Kiranya diberikan-Nya kepadamu apa yang kaukehendaki dan dijadikan-Nya berhasil apa yang kaurancangkan."  (Mazmur 20:5)

Hari ini adalah hari terakhir kita di tahun yang 2017, dan besok kita akan mengawali hari baru di tahun yang baru 2018. Tentunya Tahun Baru semua orang pasti membawa segudang angan-angan, keinginan, harapan dan cita-cita yang mungkin sempat tertunda dan belum mampu diraih di waktu lalu, serta bertekad mewujudkannya di tahun yang baru.  Tetapi bila melihat fakta yang ada, banyak orang bersikap skeptis dengan pikiran-pikiran negatif yang berkecamuk,  "Keadaan sekarang terasa amat berat, sulit diprediksi dan serba tidak pasti.  Sanggupkah aku menjalaninya?"
Sebagai orang percaya, haruskah kita bersikap pesimistis, kuatir dan terus dihantui ketakutan menghadapi hari esok?  Ingat pengalaman Ayub,  "Karena yang kutakutkan, itulah yang menimpa aku, dan yang kucemaskan, itulah yang mendatangi aku."  (Ayub 3:25).  Alkitab memperingatkan:  "Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna."  (Roma 12:2).  Kita harus memiliki pola pikir dan cara pandang yang berbeda dengan orang-orang dunia.  Meski dunia dipenuhi dengan ketidakpastian dan semakin tidak baik keadaannya, kita harus tetap berpikiran positif dan optimistis karena kita mempunyai alasan yang kuat untuk bermegah.  Bermegah berbeda dengan sombong.  Sombong adalah salah dalam bermegah.
Dalam hal ini kita bermegah bukan karena kekuatan, kemampuan, kepitaran, harta kekayaan, kedudukan, koneksi, popularitas, atau segala hal yang ada di dunia ini,  "Orang ini memegahkan kereta dan orang itu memegahkan kuda, tetapi kita bermegah dalam nama TUHAN, Allah kita."  (Mazmur 20:8).  Tuhan-lah yang menjadi alasan untuk kita bermegah.  Kita bermegah karena janji penyertaan-Nya,  "Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."  (Matius 28:20b), dan kita bermegah karena Dia turut bekerja dalam segala perkara, sehingga kita dapat berkata:  "Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku."  (Filipi 4:13).


BERMEGAH DI DALAM TUHAN ADALAH KUNCI MENGHADAPI TAHUN 2018.

Jumat, 22 Desember 2017

Renungan Minngu Keempat Desember 2017

“ RENUNGAN NATAL “
      ( Matius 1 : 18 - 25  )

Di bulan Desember ini perhatian kita mulai terfokus kepada hingar bingar Natal di berbagai pusat perbelanjaan, diskon besar-besaran, latihan yang semakin padat menjelang pelaksanaan dsb. Menjelang Natal, perhatian kita kerap terarah kepada berbagai kesibukan-kesibukan menjelang Natal. Tidak ada yang salah dari kesibukan itu, sepanjang kita menyediakan diri untuk menemukan makna Natal yang membangun hidup kita. Salah satunya dari pengalaman iman Yusuf dalam bacaan Injil kita hari ini.
       Ternyata menjelang Natal, ada seseorang yang sedang bergulat keras menyikapi peristiwa mengejutkan dalam hidupnya. Yusuf, seorang yang ditunjuk oleh prakarsa Ilahi menjadi bapak bagi Juru Selamat. Tentulah peristiwa itu sulit diterima, Yusuf berontak dan hendak lari dari peristiwa mengejutkan itu. Cara yang dipilihnya cukup bijaksana, ia tidak mengorbankan Maria yaitu dengan cara menceraikan secara diam diam. Yusuf boleh lah dikatakan sebagai orang yang berani bertanggung jawab. Tapi rupanya Malaikat Tuhan mendatanginya dan menjelaskan perihal tugas yang diembannya. Menarik, bahwa Yusuf bersedia berubah dari berganti bertanggung jawab menjadi berani untuk percaya kepada penyertaan Allah.
       Jika hidup sedang baik tentulah mudah melakukannya, tapi kali ini keadaan sedang tidak baik, penuh misteri yang menakutkan. Namun, Yusuf bersedia menaklukan misteri Ilahi itu dengan berani taat dan berserah kepada penyertaan Allah
       Seberani apakah kita? Mari kita maknai jelang Natal 2017 ini dengan keberanian hidup yang berserah pada penyertaan Tuhan. Hidup kita mungkin tidak selalu berjalan baik, tapi Allah beserta kita. Hidup kita mungkin sedang tidak mudah, tapi Allah beserta kita. Mari kita sediakan diri untuk berani, bukan dengan kekuatan sendiri tetapi berani berserah kepada penyertaan Tuhan. Amin

 

Renungan Minngu Ketiga Desember 2017

MENYAMBUT RAHMAT TUHAN
Sesungguhnya aku ini hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.
(Lukas 1:38)

 “Apa kata dunia?” Kalimat khas tokoh Nagabonar ini akan menohok relung hati apabila Anda atau anak perempuan Anda mengalami situasi seperti Maria. Memang Maria akan menjadi Bunda Tuhan, namun stres yang harus ditanggungnya berat bukan buatan. Ia harus tegar menanggung aib di mata, mulut, dan hati orang yang sering tampil bak pisau tajam bagi hati. Namun cobalah bayangkan, betapa berbeda kisah dan makna iman dalam Natal, bila Maria menolak resiko cibiran semacam ini.
Maria adalah seorang yang rela dan berani menanggung ketegangan di antara rahmat dan aib kesalahpahaman sosial. Ia bersedia diolah Allah sehingga kemudian mendatangkan kesejahteraan besar bagi umat manusia. Maria menjadi contoh hidup beriman yang tahu persis bahwa anugerah terjalin rapat dengan risiko. 
Apa rahasia sikap iman semacam ini? Ada dua hal. Pertama, Maria sadar diri (“sesungguhnya aku adalah hamba Tuhan”). Kedua, ia sadar akan Tuhan yang memiliki hidupnya (”jadilah padaku menurut perkataan-Mu”). Lihatlah kemudian, Allah tidak hanya menawarkan panggilan kepada Maria, namun juga merahmatkan penguatan, dalam hal ini melalui peristiwa mukjizat bagi Elisabet. Inilah berkat bagi orang yang tulus dan terbuka menggumuli kehendak Tuhan, ia akan mendapatkan penguatan di sepanjang jalan. 
Dalam kancah kehidupan yang puspa warna ini, apakah panggilan kita? Kiranya kita menjadi entah Maria entah Elisabet. Bahkan semoga, kita adalah sekaligus kedua-duanya!


BARANGSIAPA DIPANGGIL TUHAN ... AKAN MELIHAT TANDA HERAN.
MESKIPUN JALAN TURUN NAIK, MENGAKU JALAN TUHAN BAIK.

—Nyanyian Rohani

Renungan Minngu Kedua Desember 2017

TERANG MENGALAHKAN KEGELAPAN
Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya." (Yohanes 1:5)
Sering kali kita berasumsi bahwa terang dan gelap memiliki kekuatan yang sama. Jika ada terang maka ada gelap, dan jika ada gelap maka ada terang. Ternyata asumsi itu adalah salah. Jika kita pikirkan lagi, terang tidak berlawanan dengan gelap. Karena terang lebih kuat daripada gelap!
Sebagai orang yang mengikuti perkembangan zaman sekarang ini kita tentu menyadari bahwa kita sering kali terpengaruh serta mengikuti gaya hidup yang sebenarnya menjauhi Tuhan. Kita berpikir bahwa gaya hidup seperti itu sangat populer dan banyak diminati oleh banyak kalangan sehingga jika kita tidak mengikuti tren kita akan dikatakan jadul (ketinggalan zaman). Kita dapat beralasan bahwa walaupun kita mengikuti perkembangan zaman tetapi kita juga masih terus mengikuti ibadah di gereja, tetapi sesungguhnya tanpa kita sadari pikiran dan hati kita tidak lagi tertuju pada gereja. Perkembangan zaman tersebut dengan demikian telah menjadi kegelapan bagi kita dan telah menutupi terang yang ada di diri kita. Semakin kita terjerumus dalam gaya hidup seperti itu maka kegelapan itu juga akan semakin menghilangkan terang-Nya dan gambar rupa Tuhan di dalam diri kita. Maka dari itu kita harus terus berjaga-jaga agar tidak tersesat dalam kegelapan dunia ini.
Lihatlah penggambaran mengenai lilin. Lilin yang terang berfungsi untuk menerangi kegelapan, tetapi tidak ada lilin yang gelap untuk menggelapi yang terang. Kegelapan terjadi karena tidak adanya terang. Seperti yang tertulis dalam Yohanes 1:5 "Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya”. Yohanes menyatakan bahwa terang selalu lebih kuat dari gelap. Mungkin pada saat ini seolah-olah terang telah dikalahkan oleh kegelapan, dan terang itu semakin pudar nyalanya di tengah-tengah kondisi kehidupan ini. Namun, syukurlah, Terang itu sudah hadir di tengah-tengah kita 2000 tahun lalu. Jika kita bersedia untuk mengikuti Sang Terang itu dan hidup seturut dengan terang firman-Nya, maka terang-Nya akan terus bercahaya di dalam diri kita.
TERANG AKAN TERUS BERSINAR
WALAUPUN KEGELAPAN MELINGKUPINYA

 

Kamis, 30 November 2017

Renungan Minngu Petama Desember 2017

YESUS ANAK DAUD
Inilah daftar nenek moyang Yesus Kristus, anak Daud, anak Abraham. (Matius 1:1)

Mengapa Yesus disebut “Anak Daud” bukan “Anak Salomo”, padahal Salomo juga raja Israel yang terkenal? Tentu ada alasan khusus mengapa Allah lebih memilih dan menetapkan Daud untuk “disematkan” pada sebutan nama- Nya, sehingga sampai saat ini kita mengenal Yesus sebagai keturunan Daud. 
Matius mencatat pengakuan ini ketika mengawali suratnya. Tanpa ragu ia menyebut Yesus sebagai anak atau keturunan Daud. Sebagai orang Yahudi, Matius memahami bahwa sosok Mesias yang dinanti-nantikan oleh bangsanya berasal dari keturunan Daud. Alkitab menginformasikan dengan jelas bahwa pada masa Daudlah bangsa Israel mengalami masa keemasan sebagai sebuah kerajaan. Allah pun pernah menubuatkan mengenai kelahiran Mesias, yang akan berasal dari keturunan Daud (bdk. Yes. 11:10; Yer. 23:5). Kehidupan Daud memang sangat spesial di hadapan Allah, sehingga Dia pun pernah bersaksi bahwa Daud adalah orang yang berkenan di hati-Nya (Kis. 13:22). Tak banyak orang mendapat pengakuan seperti ini langsung dari Allah. 
Sekalipun Daud manusia biasa yang tidak sempurna, kita dapat terus belajar untuk menjalani hidup yang berkenan kepada Allah. Hidup berpaut kepada-Nya, jujur, berani mengoreksi diri bila berbuat salah sesuai Firman-Nya, dan bersedia dibentuk oleh-Nya. Tentu bukan dengan mengandalkan kekuatan sendiri, melainkan bersandar pada Allah, melalui pertolongan Roh Kudus. Selamat menjalani hidup yang berkenan kepada Allah!


SEPANJANG ZAMAN, ALLAH TERUS MENCARI MANUSIA
YANG MENJALANI HIDUP UNTUK MENYENANGKAN HATI-NYA

Jumat, 24 November 2017

Renungan Minngu Keempat November 2017

JANGAN BIARKAN DEHIDRASI ROHANI
Ya Allah, Engkaulah Allahku, aku mencari Engkau, jiwaku haus kepada-Mu, tubuhku rindu kepada-Mu, seperti tanah yang kering dan tandus, tiada berair.

Manusia bisa mengalami dehidrasi jika kebutuhan cairan di dalam tubuh tidak terpenuhi. Tahukah Anda bahwa ternyata dehidrasi dapat mengakibatkan begitu banyak dampak buruk? Manusia bisa mengalami kelelahan, berbagai macam penyakit bisa menyerang, hingga penuaan dini. Salah satu kunci untuk mencegah tubuh agar tidak mengalami dehidrasi adalah dengan segera minum saat kita mulai merasa haus. Jadi, jangan mengabaikan rasa haus.
Sama seperti tubuh dapat mengalami dehidrasi, jiwa pun juga demikian. Jika dehidrasi dalam tubuh dapat diatasi dengan minum saat merasa haus, bagaimana dengan dehidrasi dalam jiwa seseorang? Daud pernah mengalami rasa kehausan yang sangat. Bukan kehausan secara fisik karena ia saat itu berada di padang gurun (ay. 1), namun ia haus akan Tuhan. Ia menggambarkan dirinya seperti seseorang yang tidak berdaya dan begitu ingin dekat dengan Tuhan (ay. 2). Daud tidak mengacuhkan dehidrasi jiwanya. Ia segera mengatasi kehausannya dengan kembali dekat dengan Tuhan. Ia membiarkan jiwanya melekat kepada Tuhan (ay. 9). Daud tahu dengan pasti bahwa hanya Tuhan yang dapat mengobati dehidrasi jiwanya.
Sama seperti kehausan merupakan tanda awal kita mengalami dehidrasi, begitu pula dalam hal rohani. Jika kita merasa haus rindu intim dengan Tuhan, janganlah abaikan itu! Segeralah atasi rasa haus tersebut dengan datang kepada Tuhan. Lekatkanlah jiwa kita kepada Tuhan. Jangan biarkan rasa haus itu berlangsung lama sehingga menjadi dehidrasi yang bisa berdampak buruk terhadap kerohanian kita.


JANGAN SAMPAI DEHIDRASI, DEKATLAH KEPADA TUHAN.

Jumat, 17 November 2017

Renungan Minggu Ketiga November 2017

TANAH KERING ( DRY LAND )
Pulihkanlah keadaan kami, ya TUHAN, seperti memulihkan batang air kering
di Tanah Negeb!
( Mazmur 126 : 4 )

Ketika datang musim kemarau, maka kita akan melihat banyak tanah menjadi kering. Pohon-pohon mulai meranggas dan banyak tanaman yang mati. Pohon-pohon itu tidak lagi mengeluarkan hasilnya sehingga manusia tidak dapat mengonsumsinya. Belum lagi ketika manusia berebut untuk mencari air.
Kekeringan mampu mematikan kehidupan. Demikian pula jika kekeringan itu melanda kehidupan rohani kita. Hati kita menolak untuk mendengar firman Tuhan sehingga tidak ada buah-buah roh yang dihasilkan oleh kehidupan kita. Hal ini jika dibiarkan dalam waktu lama akan membuat kita semakin dekat dengan kematian kekal.
Tentunya kita tidak ingin menjadi hamba dosa. Harapan setiap manusia adalah bisa tinggal bersama dengan Tuhan di kerajaan surga. Untuk bisa mendapatkan keselamatan, maka manusia harus bisa berkorban, yaitu mau bertobat dan memikul salib.
Saat kita hidup dekat dengan Tuhan dan membuka hati untuk dipenuhkan dengan Roh Kudus, maka kehidupan kita akan mengasilkan buah yang dapat menjadi berkat bagi orang lain. Jangan pernah tinggalkan Tuhan jika tidak ingin mengalami kematian.

Pulihkanlah keadaan kami, ya TUHAN, seperti memulihkan batang air kering

 di Tanah Negeb!  (Mazmur 126:4)

Jumat, 10 November 2017

Renungan Minggu Kedua November 2017

RAHASIA UNTUK KUAT MENGARUNGI BADAI KEHIDUPAN
“Tetapi dengan engkau Aku akan mengadakan perjanjian-Ku, dan engkau akan masuk ke dalam bahtera itu: engkau bersama-sama dengan anak-anakmu dan isterimu dan isteri anak-anakmu.” (Kejadian 6:18)

Hidup ini bagaikan sebuah kapal yang mengarungi samudera laut yang begitu luasnya. Ketika cuaca sedang cerah, maka kapal dapat berlayar dengan lancar tanpa gangguan. Semua perkiraan berapa lama perjalanan akan ditempuh dan rute mana yang akan dilewati dapat dilakukan dengan akurat. Bahkan kita dapat menikmati betapa indahnya perjalanan yang kita lalui hingga tujuan.
Tidak demikian ketika kita berlayar dalam keadaan cuaca yang buruk. Hujan badai yang turun akan mengakibatkan gelombang yang sangat besar, sehingga kapal akan terombang-ambing dengan begitu dahsyatnya. Ombak yang sangat besar akan membuat perjalanan menjadi sangat tidak nyaman dan juga berbahaya. Perjalanan yang ditempuh akan memakan waktu yang lebih lama dan bahkan rute perjalanan juga dapat berubah.
Kapal kecil tidak akan bertahan mengarungi samudera yang sedang diterpa oleh badai. Mungkin saja kapal tersebut dapat tenggelam oleh ganasnya badai yang menerpa. Kapal yang lebih besar dan mempunyai teknologi yang lebih canggih akan dapat bertahan mengarungi badai yang hebat. Apalagi didukung oleh nakhoda yang berpengalaman, maka kapal itu akan dapat melalui badai dengan selamat.
Demikian juga hidup kita ini, hidup kita ibarat kapal yang sedang mengarungi lautan yang luas untuk mencapai suatu tujuan. Kita tidak akan pernah tahu kapan kita melalui cuaca yang cerah dan kapan kita melalui hujan badai. Perkiraan cuaca mungkin dapat memberi kita gambaran akan apa yang akan terjadi. Tetapi kita akan tetap melewatinya apakah cuaca sedang cerah ataupun buruk.
Selama hidup kita berpegang teguh kepada Tuhan, maka Dia akan menuntun setiap langkah hidup kita. Dia akan memberi kita hikmat atas apa yang akan kita hadapi. Bahkan Dia juga akan menyertai kita dalam setiap peristiwa yang akan kita alami, entah itu baik ataupun buruk.


JADIKANLAH YESUS SEBAGAI NAHKODA KEHIDUPAN KITA, BIARLAH DIA YANG MENUNTUN ARAH LANGKAH HIDUP KITA. 

Minggu, 05 November 2017

Renungan Minggu Pertama November 2017

BANK WAKTU
dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat.
( Epesus 5 : 16 )

Bayangkan jika sebuah bank memberi Anda uang 86.400 dolar setiap hari dan Anda harus menghabiskannya setiap hari pula. Setiap malam uang yang tersisa akan hangus. Tentu Anda akan berusaha menggunakan uang itu sebaik-baiknya. Nah, kita memiliki “bank” semacam itu, yaitu “Bank Waktu.” Yang diberikan bukan uang, melainkan waktu sepanjang 86.400 detik setiap hari. 

Sayangnya, banyak orang tidak menggunakan waktu dengan baik, dan malah menunda banyak hal. Ada yang menunda pertobatan atau malas bertobat (Yer. 9:5). Kitab Ibrani mengajarkan, “Pada hari ini, jika kamu mendengar suara- Nya, janganlah keraskan hatimu seperti dalam kegeraman” (Ibr. 3:15). Ada yang menunda menaati perintah Tuhan, seperti bangsa Israel yang bermalas-malas menduduki negeri pemberian Tuhan (Yos. 18:3). Ada yang menunda menyelesaikan pekerjaannya (Ams. 24:30-34). Alasan penundaan itu adalah kemalasan, yang merupakan suatu kebiasaan (bdk. 1Tim. 5:13). 

Jika kita gagal menggunakan waktu hari ini dengan baik, kita akan kehilangan kesempatan. Hari ini tidak akan pernah kembali. Kita harus menghargai waktu yang ada dengan tidak menunda pengerjaan hal-hal yang berguna bagi Tuhan dan sesama. “Akan datang malam, di mana tidak ada seorang pun yang dapat bekerja” (Yoh. 9:4). Ingatlah, waktu tidak akan menunggu seorang pun. Kemarin adalah sejarah; hari esok adalah misteri; hari ini adalah karunia. Itulah yang disebut dengan berkat. Waktu terus berlari. Lakukanlah yang terbaik hari ini.


MANFAATKAN WAKTU DENGAN BIJAKSANA. JANGAN MENUNGGU
SAMPAI HARI ESOK, YANG BELUM TENTU KITA DAPATKAN

Jumat, 27 Oktober 2017

Renungan Minggu Kelima Oktober 2017


EKSPRESI HATI
Lalu menangislah Yesus..
( Yohanes 11 : 35 )

Ayah mendidik kami, keempat putrinya, dengan tegas. Ia juga jarang bertemu dengan kami karena bekerja di luar kota. Namun, setiap kali ia pulang, hati saya malah diliputi ketakutan. Saya merasa tidak disayangi olehnya. Saya merasa harus tegar bila bersama ayah, mandiri, dan tidak boleh menangis. Kadang-kadang saja saya menangis ketika terjadi kesalahpahaman. Di sisi lain, saya tidak ingin terlihat lemah di mata orang lain. Saya pun menjadi pribadi yang sulit mengungkapkan perasaan. 
Berapa banyak di antara kita yang dididik untuk tidak boleh menangis? Bahwa kita harus kuat terus-menerus? Adakah yang merasa sulit mengungkapkan perasaannya? Apakah hal ini wajar? Penelitian seorang profesor di New York menyebutkan bahwa anak laki-laki yang dididik untuk tidak boleh menangis, pada saat dewasa akan kesulitan mengungkapkan perasaannya. 
Firman Tuhan hari ini menunjukkan Yesus pun menangis (ay. 35) ketika Lazarus meninggal. Yesus, Pribadi yang sempurna itu, mengekspresikan perasaan-Nya di depan banyak orang (ay. 33). Tidak ada larangan untuk menangis. Bapalah yang akan menampung setiap tetes air mata kita. Dia peduli. 
Menangis ketika sedih dan tertawa bila bahagia adalah ungkapan perasaan yang wajar. Tuhan tidak menentang hal itu. Dia ingin mengenal dan mendengar setiap isi hati kita. Belajar mengungkapkan perasaan secara wajar sama dengan jujur terhadap diri sendiri. Hal itu juga menyehatkan jiwa dan memampukan kita berempati terhadap keadaan orang lain.


TUHAN MENGUNDANG KITA MENJADI PRIBADI YANG JUJUR
DAN BERANI MENGUNGKAPKAN PERASAAN KITA DENGAN SEWAJARNYA

Jumat, 20 Oktober 2017

Renungan Minggu Keempat Oktober 2017

DIA YANG MEMBERI KEKUATAN
Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.
( Filipi 4:13 )
Sepasang suami-istri, bersama dua putrinya sedang dirundung duka yang mendalam atas meninggalnya anak terakhir dalam keluarga. Mereka pun sempat kehilangan sukacita dan keceriaan dalam waktu yang cukup lama. Sampai akhirnya Tuhan menggerakkan mereka untuk melayani orang-orang yang kurang mampu. Perlahan tapi pasti, kedukaan mulai beringsut pergi dari kehidupan keluarga ini. Mereka yang sebelumnya memerlukan penguatan dari orang lain, justru dipakai oleh Tuhan untuk menguatkan keluarga yang berduka dan kurang beruntung. 
Ketika menuliskan kalimat “Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku,”Paulus sedang berada di penjara. Kondisi yang sebenarnya tidak lazim untuk menguatkan orang lain. Bukankah ia sendiri sedang butuh dikuatkan? Namun, rupanya kehidupan rohani, mentalitas, dan karakter Paulus sudah berkembang sedemikian rupa, sehingga dalam situasi apa pun, ia tetap dapat menguatkan orang lain. Paulus hidup bersama dengan kekuatan Roh-Nya, sehingga ia tetap mampu memberi dorongan, nasihat, bahkan menguatkan orang lain, sementara ia sendiri sebenarnya sedang membutuhkan. Roh yang bekerja dalam diri rasul Paulus, juga bekerja dalam kehidupan kita, agar kita tetap bisa bermanfaat, memberi dorongan, bahkan menginspirasi orang lain sementara kita masih berjuang menghadapi masa-masa sulit dalam hidup kita. Apakah kita sedang menjalani masa-masa sulit, kedukaan, atau pergumulan yang berat? Terimalah kekuatan baru dari-Nya untuk tetap berharap, menantikan pertolongan-Nya, serta tetap menjalani hidup untuk menjadi berkat!


KEKUATAN ILAHI MEMBUAT KEHIDUPAN
ORANG PERCAYA SENANTIASA DAPAT MENJADI BERKAT

Sabtu, 14 Oktober 2017

Renungan Minggu Ketiga Oktober 2017



TETAP MEMUJI
... sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan... namun aku akan bersorak-sorak di dalam TUHAN....
( Habakuk 3 : 17 – 18 )

Lagu Even When It Hurts yang dinyanyikan oleh Hillsong United sangat menguatkan. Liriknya ada yang mengatakan, “Sekalipun keadaan begitu menyakitkan, aku akan memuji-Mu.” Lagu itu terinspirasi dari bacaan Alkitab hari ini, yaitu doa Nabi Habakuk pada ay. 17-19. Ketika berada dalam situasi sangat sulit yang digambarkan melalui pohon ara yang tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, bahkan ladang tidak menghasilkan makanan, Habakuk justru bersorak-sorak di dalam Tuhan, beria-ria di dalam Allah, karena di dalam Dialah ada kekuatan. Di dalam kesulitan, Habakuk justru memuji Tuhan, bernyanyi dan bersorak-sorak karena Allah. 
Mengapa dalam menghadapi kesulitan Habakuk tetap bersorak memuji Tuhan? Sebab Habakuk melihat bahwa Allah tidak tinggal diam. Dia sedang bertindak menyelesaikan masalah walaupun tidak sesuai dengan cara yang dibayangkannya. Itulah tanda kedewasaan iman. 
Dalam perjalanan kehidupan kita, ada kalanya kita mengalami masa sulit. Masa ketika kita merasa tidak lagi memiliki kekuatan untuk melangkah maju dan segala kesulitan mengimpit kita seolah tidak ada jalan keluar. Marilah kita meresapi puji-pujian Nabi Habakuk: bahwa dalam kesulitan apa pun, kita akan tetap bersorak-sorak di dalam Allah, maka Dia akan memberi kekuatan kepada kita. Marilah kita tetap memuji Tuhan dan selalu percaya akan janji penyertaan-Nya, selalu menanti-nantikan Allah sumber kekuatan dan penghiburan kita.

Sekalipun Kekuatanku Lenyap, Aku Akan Memuji-Mu.
Sekalipun Aku Tidak Memiliki Lagu, Aku Akan Memuji-Mu.—Hillsong United

Sabtu, 07 Oktober 2017

Renungan Minggu Kedua Oktober 2017

“ JANGAN KEHILANGAN PENGHARAPAN “
“Berharaplah kepada Tuhan, hai Israel! Sebab pada Tuhan ada kasih setia, dan Ia banyak kali mengadakan pembebasan.”
( Mazmur 130:7 )

Suatu ketika seorang petani sedang mengamat-amati seekor burung gereja kecil yang tengah tertelungkup di tengah-tengah ladangnya. Petani itu lalu berhenti mencangkul, memandang makhluk kecil itu dan bertanya, “Mengapa engkau berdiri terbalik seperti itu?” “Aku dengar bahwa langit akan runtuh hari ini,” jawab si burung. Petani tersebut tertawa terpingkal-pingkal mendengarnya. “Kalau itu benar terjadi,” ujar si petani. “Menurutmu apa kaki-kaki kecilmu yang kurus itu dapat menahan langit?” Burung gereja menjawab santai, “Mungkin tidak bisa, tetapi aku harus melakukan apa yang masih bisa aku lakukan.”

Tekanan, ujian sering melumpuhkan orang. Maksudnya, gara-gara ada persoalan, tidak sedikit kehiduapan orang percaya memilih tidak mau melakukan apa-apa, hanya menangis, mengunci diri di kamar, tidak mau makan, malas ke gereja, dan seterusnya. Padahal, di tengah badai sekalipun masih ada yang bisa dikerjakan. Mungkin saudara dan  saya tidak bisa menahan persoalan, tidak bisa berbuat apa-apa untuk mengubah keadaan, namun kita tetap bisa berdoa dan berharap pada Tuhan.

Menaruh pengharapan kepada Tuhan, akan membuat masa depan lebih baik dan menjadikan kita lebih kuat. Jadi… jangan pernah kehilangan pengharapan.

Jika tidak ada harapan akan masa depan, tidak akan ada kekuatan untuk melangkah hari ini. (John C. Maxwell)

Kamis, 28 September 2017

Renungan Minggu Pertama Oktober 2017



RANCANGAN INDAH
"Tetapi, ingatlah kepadaku, apabila keadaanmu telah baik nanti, tunjukkanlah terima kasihmu kepadaku dengan menceritakan hal ihwalku kepada Firaun dan tolonglah keluarkan aku dari rumah ini." (Kejadian 40:14)

Karena fitnah, Yusuf dipenjara. Tetapi ketika di dalam penjara pun Yusuf menolong orang lain. Diantaranya adalah juru minuman Firaun. Saat ia bermimpi, Yusuflah yang bisa menafsirkannya. Kemudian Yusuf meminta kepadanya: ”Ingatlah kepadaku, apabila keadaanmu telah baik nanti, tunjukkanlah terima kasihmu kepadaku dengan menceritakan hal ihwalku kepada Firaun dan tolonglah keluarkan aku dari rumah ini.” Tetapi, ketika tafsiran Yusuf itu terjadi, dan ia dikeluarkan dari penjara, ia melupakan Yusuf (ay. 23). 
Walaupun Yusuf telah terbukti menjadi orang yang handal dan melakukan hal yang baik pada sesamanya, ia dilupakan dan dibiarkan di penjara selama bertahun-tahun. Namun Tuhan tidak berhenti bekerja dalam hidup Yusuf di situ. Lambat laun, pemimpin penjara memercayai Yusuf dengan tanggung jawab mengelola segala urusan penjara. Selama ia di dalam penjara, pasti Yusuf tidak mengetahui bahwa ketika ia melayani para tawanan di penjara Firaun, Allah sedang mempersiapkannya untuk melayani masyarakat Mesir. 
Mungkin Anda juga mengalami seperti Yusuf. Ada teman yang telah mengecewakan Anda. Ada perbuatan baik Anda yang tak dibalas dengan serupa. Tetapi ingatlah bahwa sepanjang hidup kita, Allah tidak pernah berhenti untuk bekerja di dalamnya. Ketika kita menjalani masa-masa penuh rintangan, kita sering kecewa, karena kita tidak tahu rencana Allah buat kita. Seringkali Allah belum selesai, Dia sedang mempersiapkan kita untuk rancangan-Nya yang mulia dan yang tidak terpikirkan oleh kita!

Ketika Menjalani Masa Sulit, Tak Jarang Kita Kecewa, Karena Tak Memahami Rencana Allah.  Ia Sedang Merancang Yang Mulia Dan Tak Terpikirkan Oleh Kita.