“ EKSPRESI HATI “
Lalu menangislah Yesus..
( Yohanes 11 : 35 )
Ayah mendidik kami, keempat putrinya,
dengan tegas. Ia juga jarang bertemu dengan kami karena bekerja di luar kota.
Namun, setiap kali ia pulang, hati saya malah diliputi ketakutan. Saya merasa
tidak disayangi olehnya. Saya merasa harus tegar bila bersama ayah, mandiri,
dan tidak boleh menangis. Kadang-kadang saja saya menangis ketika terjadi
kesalahpahaman. Di sisi lain, saya tidak ingin terlihat lemah di mata orang
lain. Saya pun menjadi pribadi yang sulit mengungkapkan perasaan.
Berapa
banyak di antara kita yang dididik untuk tidak boleh menangis? Bahwa kita harus
kuat terus-menerus? Adakah yang merasa sulit mengungkapkan perasaannya? Apakah
hal ini wajar? Penelitian seorang profesor di New York menyebutkan bahwa anak
laki-laki yang dididik untuk tidak boleh menangis, pada saat dewasa akan
kesulitan mengungkapkan perasaannya.
Firman Tuhan
hari ini menunjukkan Yesus pun menangis (ay. 35) ketika Lazarus meninggal.
Yesus, Pribadi yang sempurna itu, mengekspresikan perasaan-Nya di depan banyak
orang (ay. 33). Tidak ada larangan untuk menangis. Bapalah yang akan menampung
setiap tetes air mata kita. Dia peduli.
Menangis
ketika sedih dan tertawa bila bahagia adalah ungkapan perasaan yang wajar.
Tuhan tidak menentang hal itu. Dia ingin mengenal dan mendengar setiap isi hati
kita. Belajar mengungkapkan perasaan secara wajar sama dengan jujur terhadap
diri sendiri. Hal itu juga menyehatkan jiwa dan memampukan kita berempati
terhadap keadaan orang lain.
TUHAN MENGUNDANG KITA MENJADI PRIBADI YANG JUJUR
DAN BERANI MENGUNGKAPKAN PERASAAN KITA DENGAN SEWAJARNYA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar