“ HATI HATI DENGAN KESIBUKAN “
( II TIMOTIUS 3
: 1 – 9 )
Sibuk
adalah kata yang akrab menemani perjaanan hidup manusia di abad ini. Banyak orang
terjebak dalam kesibukan yang menggunung. Pekerjaan kantor yang terus menumpuk
dan tanggung jawab yang semakin besar menjadi dalih pembenaran.
Di banyak tempat, hampir setiap hari orang
“berkelahi” dengan waktu. Akibatnya, orang tidak lagi memiliki waktu untuk diri
sendiri, keluarga, apalagi untuk Tuhan. Waktunya telah habis dalam perjalanan.
Konsekuensinya, dalam keluarga pun anak memberontak kepada orangtua yang sudah
sekian lama kurang memerhatikan mereka.
Sibuk menjadi kata yang semakin populer di tengah
masyarakat. Dalam aksara Cina, kata
“sibuk” berarti “kematian hati” atau “hati yang mati”. Ya, kesibukan cenderung
membuat orang “mati rasa”. Ia mencuri dan merampas hal yang berharga dalam
hidup kita, yakni kepekaan. Orang yang sibuk bisa kehilangan kepekaan terhadap
Tuhan dan sesama. Lebih parah lagi, orang yang sibuk lama-kelamaan bisa menjadi
egois—tidak lagi peduli pada manusia di luar dirinya.
Rasul Paulus
mengingatkan anak didiknya, Timotius yang masih muda. Paulus membukakan tentang
kondisi manusia akhir zaman kepada Timotius. Kondisi di mana manusia akan
“mencintai dirinya sendiri [egois], menjadi hamba uang, membual, menyombongkan
diri, menjadi pemfitnah, berontak terhadap orangtua, tidak tahu berterima
kasih, dan tidak memedulikan agama” (2 Timotius 3:2). Sebagai anak Tuhan, mari
kita latih kepekaan rohani dalam mencermati tanda zaman, agar tidak terjebak
dalam kematian hati.
BERHATI-HATILAH
SAAT KITA MULAI MENGKLAIM DIRI SIBUK
DALAM KESIBUKAN-NYA, YESUS MASIH BISA BERDOA
DALAM KESIBUKAN-NYA, YESUS MASIH BISA BERDOA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar