Kamis, 30 November 2017

Renungan Minngu Petama Desember 2017

YESUS ANAK DAUD
Inilah daftar nenek moyang Yesus Kristus, anak Daud, anak Abraham. (Matius 1:1)

Mengapa Yesus disebut “Anak Daud” bukan “Anak Salomo”, padahal Salomo juga raja Israel yang terkenal? Tentu ada alasan khusus mengapa Allah lebih memilih dan menetapkan Daud untuk “disematkan” pada sebutan nama- Nya, sehingga sampai saat ini kita mengenal Yesus sebagai keturunan Daud. 
Matius mencatat pengakuan ini ketika mengawali suratnya. Tanpa ragu ia menyebut Yesus sebagai anak atau keturunan Daud. Sebagai orang Yahudi, Matius memahami bahwa sosok Mesias yang dinanti-nantikan oleh bangsanya berasal dari keturunan Daud. Alkitab menginformasikan dengan jelas bahwa pada masa Daudlah bangsa Israel mengalami masa keemasan sebagai sebuah kerajaan. Allah pun pernah menubuatkan mengenai kelahiran Mesias, yang akan berasal dari keturunan Daud (bdk. Yes. 11:10; Yer. 23:5). Kehidupan Daud memang sangat spesial di hadapan Allah, sehingga Dia pun pernah bersaksi bahwa Daud adalah orang yang berkenan di hati-Nya (Kis. 13:22). Tak banyak orang mendapat pengakuan seperti ini langsung dari Allah. 
Sekalipun Daud manusia biasa yang tidak sempurna, kita dapat terus belajar untuk menjalani hidup yang berkenan kepada Allah. Hidup berpaut kepada-Nya, jujur, berani mengoreksi diri bila berbuat salah sesuai Firman-Nya, dan bersedia dibentuk oleh-Nya. Tentu bukan dengan mengandalkan kekuatan sendiri, melainkan bersandar pada Allah, melalui pertolongan Roh Kudus. Selamat menjalani hidup yang berkenan kepada Allah!


SEPANJANG ZAMAN, ALLAH TERUS MENCARI MANUSIA
YANG MENJALANI HIDUP UNTUK MENYENANGKAN HATI-NYA

Jumat, 24 November 2017

Renungan Minngu Keempat November 2017

JANGAN BIARKAN DEHIDRASI ROHANI
Ya Allah, Engkaulah Allahku, aku mencari Engkau, jiwaku haus kepada-Mu, tubuhku rindu kepada-Mu, seperti tanah yang kering dan tandus, tiada berair.

Manusia bisa mengalami dehidrasi jika kebutuhan cairan di dalam tubuh tidak terpenuhi. Tahukah Anda bahwa ternyata dehidrasi dapat mengakibatkan begitu banyak dampak buruk? Manusia bisa mengalami kelelahan, berbagai macam penyakit bisa menyerang, hingga penuaan dini. Salah satu kunci untuk mencegah tubuh agar tidak mengalami dehidrasi adalah dengan segera minum saat kita mulai merasa haus. Jadi, jangan mengabaikan rasa haus.
Sama seperti tubuh dapat mengalami dehidrasi, jiwa pun juga demikian. Jika dehidrasi dalam tubuh dapat diatasi dengan minum saat merasa haus, bagaimana dengan dehidrasi dalam jiwa seseorang? Daud pernah mengalami rasa kehausan yang sangat. Bukan kehausan secara fisik karena ia saat itu berada di padang gurun (ay. 1), namun ia haus akan Tuhan. Ia menggambarkan dirinya seperti seseorang yang tidak berdaya dan begitu ingin dekat dengan Tuhan (ay. 2). Daud tidak mengacuhkan dehidrasi jiwanya. Ia segera mengatasi kehausannya dengan kembali dekat dengan Tuhan. Ia membiarkan jiwanya melekat kepada Tuhan (ay. 9). Daud tahu dengan pasti bahwa hanya Tuhan yang dapat mengobati dehidrasi jiwanya.
Sama seperti kehausan merupakan tanda awal kita mengalami dehidrasi, begitu pula dalam hal rohani. Jika kita merasa haus rindu intim dengan Tuhan, janganlah abaikan itu! Segeralah atasi rasa haus tersebut dengan datang kepada Tuhan. Lekatkanlah jiwa kita kepada Tuhan. Jangan biarkan rasa haus itu berlangsung lama sehingga menjadi dehidrasi yang bisa berdampak buruk terhadap kerohanian kita.


JANGAN SAMPAI DEHIDRASI, DEKATLAH KEPADA TUHAN.

Jumat, 17 November 2017

Renungan Minggu Ketiga November 2017

TANAH KERING ( DRY LAND )
Pulihkanlah keadaan kami, ya TUHAN, seperti memulihkan batang air kering
di Tanah Negeb!
( Mazmur 126 : 4 )

Ketika datang musim kemarau, maka kita akan melihat banyak tanah menjadi kering. Pohon-pohon mulai meranggas dan banyak tanaman yang mati. Pohon-pohon itu tidak lagi mengeluarkan hasilnya sehingga manusia tidak dapat mengonsumsinya. Belum lagi ketika manusia berebut untuk mencari air.
Kekeringan mampu mematikan kehidupan. Demikian pula jika kekeringan itu melanda kehidupan rohani kita. Hati kita menolak untuk mendengar firman Tuhan sehingga tidak ada buah-buah roh yang dihasilkan oleh kehidupan kita. Hal ini jika dibiarkan dalam waktu lama akan membuat kita semakin dekat dengan kematian kekal.
Tentunya kita tidak ingin menjadi hamba dosa. Harapan setiap manusia adalah bisa tinggal bersama dengan Tuhan di kerajaan surga. Untuk bisa mendapatkan keselamatan, maka manusia harus bisa berkorban, yaitu mau bertobat dan memikul salib.
Saat kita hidup dekat dengan Tuhan dan membuka hati untuk dipenuhkan dengan Roh Kudus, maka kehidupan kita akan mengasilkan buah yang dapat menjadi berkat bagi orang lain. Jangan pernah tinggalkan Tuhan jika tidak ingin mengalami kematian.

Pulihkanlah keadaan kami, ya TUHAN, seperti memulihkan batang air kering

 di Tanah Negeb!  (Mazmur 126:4)

Jumat, 10 November 2017

Renungan Minggu Kedua November 2017

RAHASIA UNTUK KUAT MENGARUNGI BADAI KEHIDUPAN
“Tetapi dengan engkau Aku akan mengadakan perjanjian-Ku, dan engkau akan masuk ke dalam bahtera itu: engkau bersama-sama dengan anak-anakmu dan isterimu dan isteri anak-anakmu.” (Kejadian 6:18)

Hidup ini bagaikan sebuah kapal yang mengarungi samudera laut yang begitu luasnya. Ketika cuaca sedang cerah, maka kapal dapat berlayar dengan lancar tanpa gangguan. Semua perkiraan berapa lama perjalanan akan ditempuh dan rute mana yang akan dilewati dapat dilakukan dengan akurat. Bahkan kita dapat menikmati betapa indahnya perjalanan yang kita lalui hingga tujuan.
Tidak demikian ketika kita berlayar dalam keadaan cuaca yang buruk. Hujan badai yang turun akan mengakibatkan gelombang yang sangat besar, sehingga kapal akan terombang-ambing dengan begitu dahsyatnya. Ombak yang sangat besar akan membuat perjalanan menjadi sangat tidak nyaman dan juga berbahaya. Perjalanan yang ditempuh akan memakan waktu yang lebih lama dan bahkan rute perjalanan juga dapat berubah.
Kapal kecil tidak akan bertahan mengarungi samudera yang sedang diterpa oleh badai. Mungkin saja kapal tersebut dapat tenggelam oleh ganasnya badai yang menerpa. Kapal yang lebih besar dan mempunyai teknologi yang lebih canggih akan dapat bertahan mengarungi badai yang hebat. Apalagi didukung oleh nakhoda yang berpengalaman, maka kapal itu akan dapat melalui badai dengan selamat.
Demikian juga hidup kita ini, hidup kita ibarat kapal yang sedang mengarungi lautan yang luas untuk mencapai suatu tujuan. Kita tidak akan pernah tahu kapan kita melalui cuaca yang cerah dan kapan kita melalui hujan badai. Perkiraan cuaca mungkin dapat memberi kita gambaran akan apa yang akan terjadi. Tetapi kita akan tetap melewatinya apakah cuaca sedang cerah ataupun buruk.
Selama hidup kita berpegang teguh kepada Tuhan, maka Dia akan menuntun setiap langkah hidup kita. Dia akan memberi kita hikmat atas apa yang akan kita hadapi. Bahkan Dia juga akan menyertai kita dalam setiap peristiwa yang akan kita alami, entah itu baik ataupun buruk.


JADIKANLAH YESUS SEBAGAI NAHKODA KEHIDUPAN KITA, BIARLAH DIA YANG MENUNTUN ARAH LANGKAH HIDUP KITA. 

Minggu, 05 November 2017

Renungan Minggu Pertama November 2017

BANK WAKTU
dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat.
( Epesus 5 : 16 )

Bayangkan jika sebuah bank memberi Anda uang 86.400 dolar setiap hari dan Anda harus menghabiskannya setiap hari pula. Setiap malam uang yang tersisa akan hangus. Tentu Anda akan berusaha menggunakan uang itu sebaik-baiknya. Nah, kita memiliki “bank” semacam itu, yaitu “Bank Waktu.” Yang diberikan bukan uang, melainkan waktu sepanjang 86.400 detik setiap hari. 

Sayangnya, banyak orang tidak menggunakan waktu dengan baik, dan malah menunda banyak hal. Ada yang menunda pertobatan atau malas bertobat (Yer. 9:5). Kitab Ibrani mengajarkan, “Pada hari ini, jika kamu mendengar suara- Nya, janganlah keraskan hatimu seperti dalam kegeraman” (Ibr. 3:15). Ada yang menunda menaati perintah Tuhan, seperti bangsa Israel yang bermalas-malas menduduki negeri pemberian Tuhan (Yos. 18:3). Ada yang menunda menyelesaikan pekerjaannya (Ams. 24:30-34). Alasan penundaan itu adalah kemalasan, yang merupakan suatu kebiasaan (bdk. 1Tim. 5:13). 

Jika kita gagal menggunakan waktu hari ini dengan baik, kita akan kehilangan kesempatan. Hari ini tidak akan pernah kembali. Kita harus menghargai waktu yang ada dengan tidak menunda pengerjaan hal-hal yang berguna bagi Tuhan dan sesama. “Akan datang malam, di mana tidak ada seorang pun yang dapat bekerja” (Yoh. 9:4). Ingatlah, waktu tidak akan menunggu seorang pun. Kemarin adalah sejarah; hari esok adalah misteri; hari ini adalah karunia. Itulah yang disebut dengan berkat. Waktu terus berlari. Lakukanlah yang terbaik hari ini.


MANFAATKAN WAKTU DENGAN BIJAKSANA. JANGAN MENUNGGU
SAMPAI HARI ESOK, YANG BELUM TENTU KITA DAPATKAN