Sabtu, 28 April 2018

Renungan Minggu Ketiga April 2018


“ HATI YANG BERLIMPAH UCAPAN SYUKUR “
Persembahkanlah syukur sebagai korban kepada Allah dan bayarlah nazarmu kepada Yang Mahatinggi!
( Mazmur 50 : 14  )

kapan Saudara terakhir kali mempersembahkan syukur kepada Tuhan?  Banyak orang Kristen bersyukur kepada Tuhan hanya pada saat-saat tertentu yaitu ketika segala sesuatu berjalan dengan baik, menerima berkat, kesembuhan, atau mengalami mujizat dari Tuhan.  Sikap mereka langsung berubah begitu menghadapi masalah, kesesakan, sakit-penyakit... jangankan mengucap syukur, berdoa saja sudah malas melakukannya.
Ucapan syukur adalah sebuah kata benda abstrak, yang secara garis besar memiliki makna:  Grateful  (berterima kasih kepada Tuhan), Pleasing  (menyenangkan Tuhan), atau Mindful Of Benefits (sadar akan kebaikan, hadiah atau pertolongan).  Inilah sikap hati yang harus dikembangkan dalam hidup orang percaya.  Alkitab memperingatkan:  "Sebab itu marilah kita, oleh Dia, senantiasa mempersembahkan korban syukur kepada Allah, yaitu ucapan bibir yang memuliakan nama-Nya."  (Ibrani 13:15). 
'Korban'  adalah  sesuatu yang dipersembahkan, kehilangan, merugi dan sakit secara daging.  "Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan, sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing domba terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu sapi dalam kandang, namun aku akan bersorak-sorak di dalam TUHAN, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku."  (Habakuk 3:17-18).  Sesungguhnya situasi atau keadaan tidak mendukung sama sekali untuk mengucap syukur, tetapi Habakuk tidak dikalahkan oleh keadaan yang ada, ia tetap bisa mengucap syukur.  Inilah yang disebut korban syukur!


Bila memahami  "...betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus,"  (Efesus 3:18), seharusnya bibir kita tak pernah berhenti bersyukur!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar