Jumat, 23 Februari 2018

Renungan Minggu Keempat Februari 2018


TAK TERDUGA
... “Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: Semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia.”
(1 Korintus 2:9)

Orang yang bekerja mengetahui bahwa ia akan menerima upah setiap bulan. Itulah berkat yang sudah diduga. Alkitab mencatat ada berkat yang tidak terduga—yang tidak pernah dilihat oleh mata, tidak pernah didengar oleh telinga, dan tidak pernah timbul dalam hati. Pascaoperasi kanker, saya harus minum obat setiap hari selama 5 tahun. Obat itu cukup mahal. Saya berdoa minta berkat Tuhan untuk bisa membelinya. Ternyata Tuhan bukan hanya memberi berkat untuk membeli obat tetapi Tuhan menyediakan obat yang sama dengan harga yang sangat terjangkau (jauh lebih murah dari harga yang seharusnya). Inilah berkat yang tidak terduga. Apa yang tidak pernah timbul dalam hati saya, Tuhan sediakan.
Kitab Korintus menyatakan Tuhan menyediakan berkat tidak terduga bagi orang-orang yang mengasihi Dia (ay. 9). Orang yang mengasihi Tuhan, adalah orang yang penuh gairah dan gelora cinta dengan Tuhan. Orang yang detak jantungnya tertuju kepada Tuhan. Ciri orang yang cinta Tuhan adalah ia sangat bergairah melakukan kehendak Tuhan. Ia selalu ingin menyenangkan hati Tuhan. Tidak akan merasa berat melakukan apapun untuk Tuhan. Tuhan suka dengan orang yang seperti ini.
Bila berkat yang sudah kita duga sepertinya sangat terbatas, percayalah masih ada berkat tak terduga yang Tuhan siapkan. Mari kita senantiasa melakukan kehendak Tuhan dengan penuh gairah dan selalu menyenangkan hati-Nya bukan semata-mata untuk mendapatkan berkat tak terduga tetapi karena kita sungguh-sungguh mengasihi Tuhan.

TUHAN MENYEDIAKAN “KEJUTAN DEMI KEJUTAN”
BAGI ORANG YANG MENGASIHI-NYA

Renungan Minggu Ketiga Februari 2018


PERLU PROSES LAMA
Daud berumur tiga puluh tahun, pada waktu ia menjadi raja;
empat puluh tahun lamanya ia memerintah.
 ( II Samuel 5 : 4 )

Berapa lama waktu untuk membuat secangkir kopi? Tidak lebih dari sepuluh menit. Tetapi, perjalanan biji kopi sampai menjadi minuman nikmat itu bisa jadi perlu bertahun-tahun. Seorang pemilik toko kopi di Bandung, misalnya, menyimpan biji kopi robusta selama lima tahun dan biji kopi arabika selama delapan tahun untuk mendapatkan biji kopi yang berkualitas.
Saat ini banyak hal dapat dilakukan dengan lebih cepat dan lebih mudah, menghasilkan berbagai produk instan yang disukai banyak orang. Namun, hal itu tidak menjamin produk yang dihasilkan berkualitas lebih baik. Dalam banyak hal, waktu dan proses mutlak diperlukan untuk membuahkan hasil yang bermutu unggul. Salah satu contohnya adalah masa persiapan seseorang yang dipakai Tuhan. Daud, misalnya, diurapi menjadi raja di 1 Samuel 16. Saat itu kemungkinan ia masih remaja. Baru 21 pasal kemudian, dalam perikop hari ini, ketika ia berumur 30 tahun (ay. 4), setelah mengalami berbagai peristiwa yang membentuk karakternya, ia ditetapkan menjadi raja atas seluruh Israel dan Yehuda (ay. 5).
Tuhan pun tidak tinggal diam dalam hidup kita. Dia mempersiapkan kita tampil sebagai pribadi yang kuat dan cakap untuk mengerjakan pelayanan-Nya. Tidak jarang, seperti biji kopi yang disimpan bertahun-tahun sebelum menjadi secangkir kopi yang nikmat, Tuhan “menyimpan” Anda dalam proses pembentukan, agar dapat melayani secara lebih efektif lagi. Sekalipun prosesnya mungkin berlangsung lama dan tidak mudah, nikmatilah!

KENIKMATAN SUKSES TAK AKAN SEMPURNA
TANPA ADANYA PROSES
   
BAHAN KOMSEL BULAN PEBRUARI 2018  (RENUNGAN KINGSWORD)

Rabu, 21 Peb 2018 / ”  Identitas Diri “ (Materi Tgl 27 Peb 2018)
Rabu 28 Peb 2018 – KINGDOM TRAINNING




Kamis, 08 Februari 2018

Renungan Minggu Kedua Febuari 2018

TERBATAS ITU BAIK  “
Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun, dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan; sebab berlalunya buru-buru, dan kami melayang lenyap.
 (Mazmur 90 : 10)


      Manusia adalah makhluk yang serba terbatas, ungkapan ini benar. Mulai dari umur, kekuatan, kesehatan, keuangan, dan beberapa hal lainnya kita terbatas. Meski begitu, terbatas itu baik kalau disikapi dengan cara yang benar. Kita menjadi pribadi yang menggunakan segala sesuatu yang Tuhan percayakan kepada kita dengan sebaik mungkin. 
Musa dalam doanya kepada Tuhan menunjukkan bahwa dalam segala keterbatasan manusia, kita harus mengucap syukur atas segala kebaikan Tuhan selama kita hidup. Kita diajar untuk menghitung hari-hari, sehingga memperoleh hati yang bijaksana. Terkadang sebagian orang mengabaikannya, dengan hidup seenaknya di masa muda. Belakangan setelah menjadi tua, terjadilah penyesalan. Padahal kalau dari muda mereka mensyukuri kemurahan Tuhan dengan hidup sesuai firman Tuhan setiap hari, tentu di masa tua mereka menuai hal-hal yang terbaik. Betul semasa hidup pasti ada kesukaran dan penderitaan yang harus kita jalani sebagai murid Yesus, namun semuanya itu membuat kita makin menghargai hidup dan makin lebih baik.
Allah adalah tempat perlindungan yang kekal saat kita menjalani hari demi hari seturut segala perintah-Nya. Berapa pun usia kita saat ini, alih-alih mengeluhkan segala keterbatasan, mari kita bersyukur dan bersukacita atas keterbatasan itu. Jadikan hidup lebih berarti karena kita menjalani setiap hari yang boleh kita jalani dengan sungguh-sungguh, untuk menghasilkan segala sesuatu yang memuliakan Tuhan dan mendatangkan kebaikan bagi sesama.


KETERBATASAN MEMBUAT KITA BENAR-BENAR
MENGHARGAI KEHIDUPAN YANG TUHAN BERI
.

Jumat, 02 Februari 2018

Renungan Minggu Pertama Febuari 2018

AYO …. MURNIKAN KEMBALI  “
Andreas mula-mula menemui Simon, saudaranya, dan ia berkata kepadanya, “Kami telah menemukan Mesias (artinya: Kristus).”
(Yohanes 1:41)


      Pendeta Greg Laurie pernah berkata: “Tuhan tidak meminta gereja untuk membawa orang masuk ke dalamnya. Dia meminta gereja untuk keluar menjumpai orang-orang di dunia.” Tentu seruan ini bermaksud mengingatkan gereja agar jangan melalaikan panggilan mewartakan injil di tengah masyarakat. Jangan hanya sibuk “mengumpulkan anggota”—padahal mereka itu berasal dari gereja lain—seperti yang terjadi sekarang ini. 
Kisah pemanggilan murid-murid Yesus yang pertama mengandung pesan sederhana yang menggugah. Dimulai dari Yohanes Pembaptis yang menunjuk kepada Yesus, “Lihatlah Anak domba Allah!” (ay. 36). Lalu dua orang kawannya mengikut Dia. Salah seorang di antaranya ialah “Andreas, saudara Simon Petrus” (ay. 40). Selanjutnya Andreas bersaksi kepada saudaranya tentang Yesus (ay. 41) dan membawanya kepada Yesus (ay. 42).
Barangsiapa sungguh bersaksi ia menunjuk ke arah Yesus. Membawa orang kepada Yesus. Dialah pusat perhatiannya. 
Di tengah banyaknya arus kepentingan sekarang ini, kesaksian kristiani terancam merosot kemurniannya. Kepentingan pribadi, bisnis dan politik kerap menunggangi, sehingga bukan Yesus yang menjadi sentra. Keserakahan, pemujaan individu, serta bisnis dan politik persaingan antar kelompok menggantikannya. Saatnya untuk kembali ke fondasi: berpusat hanya pada Yesus!


KESAKSIAN KRISTIANI: JIKA BUKAN YESUS YANG DITUNJUK
YANG ADA HANYA PERMAINAN BUJUK-MEMBUJUK