Minggu, 31 Desember 2017

Renungan Minggu Kelima Desember 2017

TAHUN BARU : BERMEGAH DALAM TUHAN
"Kiranya diberikan-Nya kepadamu apa yang kaukehendaki dan dijadikan-Nya berhasil apa yang kaurancangkan."  (Mazmur 20:5)

Hari ini adalah hari terakhir kita di tahun yang 2017, dan besok kita akan mengawali hari baru di tahun yang baru 2018. Tentunya Tahun Baru semua orang pasti membawa segudang angan-angan, keinginan, harapan dan cita-cita yang mungkin sempat tertunda dan belum mampu diraih di waktu lalu, serta bertekad mewujudkannya di tahun yang baru.  Tetapi bila melihat fakta yang ada, banyak orang bersikap skeptis dengan pikiran-pikiran negatif yang berkecamuk,  "Keadaan sekarang terasa amat berat, sulit diprediksi dan serba tidak pasti.  Sanggupkah aku menjalaninya?"
Sebagai orang percaya, haruskah kita bersikap pesimistis, kuatir dan terus dihantui ketakutan menghadapi hari esok?  Ingat pengalaman Ayub,  "Karena yang kutakutkan, itulah yang menimpa aku, dan yang kucemaskan, itulah yang mendatangi aku."  (Ayub 3:25).  Alkitab memperingatkan:  "Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna."  (Roma 12:2).  Kita harus memiliki pola pikir dan cara pandang yang berbeda dengan orang-orang dunia.  Meski dunia dipenuhi dengan ketidakpastian dan semakin tidak baik keadaannya, kita harus tetap berpikiran positif dan optimistis karena kita mempunyai alasan yang kuat untuk bermegah.  Bermegah berbeda dengan sombong.  Sombong adalah salah dalam bermegah.
Dalam hal ini kita bermegah bukan karena kekuatan, kemampuan, kepitaran, harta kekayaan, kedudukan, koneksi, popularitas, atau segala hal yang ada di dunia ini,  "Orang ini memegahkan kereta dan orang itu memegahkan kuda, tetapi kita bermegah dalam nama TUHAN, Allah kita."  (Mazmur 20:8).  Tuhan-lah yang menjadi alasan untuk kita bermegah.  Kita bermegah karena janji penyertaan-Nya,  "Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."  (Matius 28:20b), dan kita bermegah karena Dia turut bekerja dalam segala perkara, sehingga kita dapat berkata:  "Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku."  (Filipi 4:13).


BERMEGAH DI DALAM TUHAN ADALAH KUNCI MENGHADAPI TAHUN 2018.

Jumat, 22 Desember 2017

Renungan Minngu Keempat Desember 2017

“ RENUNGAN NATAL “
      ( Matius 1 : 18 - 25  )

Di bulan Desember ini perhatian kita mulai terfokus kepada hingar bingar Natal di berbagai pusat perbelanjaan, diskon besar-besaran, latihan yang semakin padat menjelang pelaksanaan dsb. Menjelang Natal, perhatian kita kerap terarah kepada berbagai kesibukan-kesibukan menjelang Natal. Tidak ada yang salah dari kesibukan itu, sepanjang kita menyediakan diri untuk menemukan makna Natal yang membangun hidup kita. Salah satunya dari pengalaman iman Yusuf dalam bacaan Injil kita hari ini.
       Ternyata menjelang Natal, ada seseorang yang sedang bergulat keras menyikapi peristiwa mengejutkan dalam hidupnya. Yusuf, seorang yang ditunjuk oleh prakarsa Ilahi menjadi bapak bagi Juru Selamat. Tentulah peristiwa itu sulit diterima, Yusuf berontak dan hendak lari dari peristiwa mengejutkan itu. Cara yang dipilihnya cukup bijaksana, ia tidak mengorbankan Maria yaitu dengan cara menceraikan secara diam diam. Yusuf boleh lah dikatakan sebagai orang yang berani bertanggung jawab. Tapi rupanya Malaikat Tuhan mendatanginya dan menjelaskan perihal tugas yang diembannya. Menarik, bahwa Yusuf bersedia berubah dari berganti bertanggung jawab menjadi berani untuk percaya kepada penyertaan Allah.
       Jika hidup sedang baik tentulah mudah melakukannya, tapi kali ini keadaan sedang tidak baik, penuh misteri yang menakutkan. Namun, Yusuf bersedia menaklukan misteri Ilahi itu dengan berani taat dan berserah kepada penyertaan Allah
       Seberani apakah kita? Mari kita maknai jelang Natal 2017 ini dengan keberanian hidup yang berserah pada penyertaan Tuhan. Hidup kita mungkin tidak selalu berjalan baik, tapi Allah beserta kita. Hidup kita mungkin sedang tidak mudah, tapi Allah beserta kita. Mari kita sediakan diri untuk berani, bukan dengan kekuatan sendiri tetapi berani berserah kepada penyertaan Tuhan. Amin

 

Renungan Minngu Ketiga Desember 2017

MENYAMBUT RAHMAT TUHAN
Sesungguhnya aku ini hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.
(Lukas 1:38)

 “Apa kata dunia?” Kalimat khas tokoh Nagabonar ini akan menohok relung hati apabila Anda atau anak perempuan Anda mengalami situasi seperti Maria. Memang Maria akan menjadi Bunda Tuhan, namun stres yang harus ditanggungnya berat bukan buatan. Ia harus tegar menanggung aib di mata, mulut, dan hati orang yang sering tampil bak pisau tajam bagi hati. Namun cobalah bayangkan, betapa berbeda kisah dan makna iman dalam Natal, bila Maria menolak resiko cibiran semacam ini.
Maria adalah seorang yang rela dan berani menanggung ketegangan di antara rahmat dan aib kesalahpahaman sosial. Ia bersedia diolah Allah sehingga kemudian mendatangkan kesejahteraan besar bagi umat manusia. Maria menjadi contoh hidup beriman yang tahu persis bahwa anugerah terjalin rapat dengan risiko. 
Apa rahasia sikap iman semacam ini? Ada dua hal. Pertama, Maria sadar diri (“sesungguhnya aku adalah hamba Tuhan”). Kedua, ia sadar akan Tuhan yang memiliki hidupnya (”jadilah padaku menurut perkataan-Mu”). Lihatlah kemudian, Allah tidak hanya menawarkan panggilan kepada Maria, namun juga merahmatkan penguatan, dalam hal ini melalui peristiwa mukjizat bagi Elisabet. Inilah berkat bagi orang yang tulus dan terbuka menggumuli kehendak Tuhan, ia akan mendapatkan penguatan di sepanjang jalan. 
Dalam kancah kehidupan yang puspa warna ini, apakah panggilan kita? Kiranya kita menjadi entah Maria entah Elisabet. Bahkan semoga, kita adalah sekaligus kedua-duanya!


BARANGSIAPA DIPANGGIL TUHAN ... AKAN MELIHAT TANDA HERAN.
MESKIPUN JALAN TURUN NAIK, MENGAKU JALAN TUHAN BAIK.

—Nyanyian Rohani

Renungan Minngu Kedua Desember 2017

TERANG MENGALAHKAN KEGELAPAN
Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya." (Yohanes 1:5)
Sering kali kita berasumsi bahwa terang dan gelap memiliki kekuatan yang sama. Jika ada terang maka ada gelap, dan jika ada gelap maka ada terang. Ternyata asumsi itu adalah salah. Jika kita pikirkan lagi, terang tidak berlawanan dengan gelap. Karena terang lebih kuat daripada gelap!
Sebagai orang yang mengikuti perkembangan zaman sekarang ini kita tentu menyadari bahwa kita sering kali terpengaruh serta mengikuti gaya hidup yang sebenarnya menjauhi Tuhan. Kita berpikir bahwa gaya hidup seperti itu sangat populer dan banyak diminati oleh banyak kalangan sehingga jika kita tidak mengikuti tren kita akan dikatakan jadul (ketinggalan zaman). Kita dapat beralasan bahwa walaupun kita mengikuti perkembangan zaman tetapi kita juga masih terus mengikuti ibadah di gereja, tetapi sesungguhnya tanpa kita sadari pikiran dan hati kita tidak lagi tertuju pada gereja. Perkembangan zaman tersebut dengan demikian telah menjadi kegelapan bagi kita dan telah menutupi terang yang ada di diri kita. Semakin kita terjerumus dalam gaya hidup seperti itu maka kegelapan itu juga akan semakin menghilangkan terang-Nya dan gambar rupa Tuhan di dalam diri kita. Maka dari itu kita harus terus berjaga-jaga agar tidak tersesat dalam kegelapan dunia ini.
Lihatlah penggambaran mengenai lilin. Lilin yang terang berfungsi untuk menerangi kegelapan, tetapi tidak ada lilin yang gelap untuk menggelapi yang terang. Kegelapan terjadi karena tidak adanya terang. Seperti yang tertulis dalam Yohanes 1:5 "Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya”. Yohanes menyatakan bahwa terang selalu lebih kuat dari gelap. Mungkin pada saat ini seolah-olah terang telah dikalahkan oleh kegelapan, dan terang itu semakin pudar nyalanya di tengah-tengah kondisi kehidupan ini. Namun, syukurlah, Terang itu sudah hadir di tengah-tengah kita 2000 tahun lalu. Jika kita bersedia untuk mengikuti Sang Terang itu dan hidup seturut dengan terang firman-Nya, maka terang-Nya akan terus bercahaya di dalam diri kita.
TERANG AKAN TERUS BERSINAR
WALAUPUN KEGELAPAN MELINGKUPINYA