Jumat, 27 Oktober 2017

Renungan Minggu Kelima Oktober 2017


EKSPRESI HATI
Lalu menangislah Yesus..
( Yohanes 11 : 35 )

Ayah mendidik kami, keempat putrinya, dengan tegas. Ia juga jarang bertemu dengan kami karena bekerja di luar kota. Namun, setiap kali ia pulang, hati saya malah diliputi ketakutan. Saya merasa tidak disayangi olehnya. Saya merasa harus tegar bila bersama ayah, mandiri, dan tidak boleh menangis. Kadang-kadang saja saya menangis ketika terjadi kesalahpahaman. Di sisi lain, saya tidak ingin terlihat lemah di mata orang lain. Saya pun menjadi pribadi yang sulit mengungkapkan perasaan. 
Berapa banyak di antara kita yang dididik untuk tidak boleh menangis? Bahwa kita harus kuat terus-menerus? Adakah yang merasa sulit mengungkapkan perasaannya? Apakah hal ini wajar? Penelitian seorang profesor di New York menyebutkan bahwa anak laki-laki yang dididik untuk tidak boleh menangis, pada saat dewasa akan kesulitan mengungkapkan perasaannya. 
Firman Tuhan hari ini menunjukkan Yesus pun menangis (ay. 35) ketika Lazarus meninggal. Yesus, Pribadi yang sempurna itu, mengekspresikan perasaan-Nya di depan banyak orang (ay. 33). Tidak ada larangan untuk menangis. Bapalah yang akan menampung setiap tetes air mata kita. Dia peduli. 
Menangis ketika sedih dan tertawa bila bahagia adalah ungkapan perasaan yang wajar. Tuhan tidak menentang hal itu. Dia ingin mengenal dan mendengar setiap isi hati kita. Belajar mengungkapkan perasaan secara wajar sama dengan jujur terhadap diri sendiri. Hal itu juga menyehatkan jiwa dan memampukan kita berempati terhadap keadaan orang lain.


TUHAN MENGUNDANG KITA MENJADI PRIBADI YANG JUJUR
DAN BERANI MENGUNGKAPKAN PERASAAN KITA DENGAN SEWAJARNYA

Jumat, 20 Oktober 2017

Renungan Minggu Keempat Oktober 2017

DIA YANG MEMBERI KEKUATAN
Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.
( Filipi 4:13 )
Sepasang suami-istri, bersama dua putrinya sedang dirundung duka yang mendalam atas meninggalnya anak terakhir dalam keluarga. Mereka pun sempat kehilangan sukacita dan keceriaan dalam waktu yang cukup lama. Sampai akhirnya Tuhan menggerakkan mereka untuk melayani orang-orang yang kurang mampu. Perlahan tapi pasti, kedukaan mulai beringsut pergi dari kehidupan keluarga ini. Mereka yang sebelumnya memerlukan penguatan dari orang lain, justru dipakai oleh Tuhan untuk menguatkan keluarga yang berduka dan kurang beruntung. 
Ketika menuliskan kalimat “Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku,”Paulus sedang berada di penjara. Kondisi yang sebenarnya tidak lazim untuk menguatkan orang lain. Bukankah ia sendiri sedang butuh dikuatkan? Namun, rupanya kehidupan rohani, mentalitas, dan karakter Paulus sudah berkembang sedemikian rupa, sehingga dalam situasi apa pun, ia tetap dapat menguatkan orang lain. Paulus hidup bersama dengan kekuatan Roh-Nya, sehingga ia tetap mampu memberi dorongan, nasihat, bahkan menguatkan orang lain, sementara ia sendiri sebenarnya sedang membutuhkan. Roh yang bekerja dalam diri rasul Paulus, juga bekerja dalam kehidupan kita, agar kita tetap bisa bermanfaat, memberi dorongan, bahkan menginspirasi orang lain sementara kita masih berjuang menghadapi masa-masa sulit dalam hidup kita. Apakah kita sedang menjalani masa-masa sulit, kedukaan, atau pergumulan yang berat? Terimalah kekuatan baru dari-Nya untuk tetap berharap, menantikan pertolongan-Nya, serta tetap menjalani hidup untuk menjadi berkat!


KEKUATAN ILAHI MEMBUAT KEHIDUPAN
ORANG PERCAYA SENANTIASA DAPAT MENJADI BERKAT

Sabtu, 14 Oktober 2017

Renungan Minggu Ketiga Oktober 2017



TETAP MEMUJI
... sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan... namun aku akan bersorak-sorak di dalam TUHAN....
( Habakuk 3 : 17 – 18 )

Lagu Even When It Hurts yang dinyanyikan oleh Hillsong United sangat menguatkan. Liriknya ada yang mengatakan, “Sekalipun keadaan begitu menyakitkan, aku akan memuji-Mu.” Lagu itu terinspirasi dari bacaan Alkitab hari ini, yaitu doa Nabi Habakuk pada ay. 17-19. Ketika berada dalam situasi sangat sulit yang digambarkan melalui pohon ara yang tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, bahkan ladang tidak menghasilkan makanan, Habakuk justru bersorak-sorak di dalam Tuhan, beria-ria di dalam Allah, karena di dalam Dialah ada kekuatan. Di dalam kesulitan, Habakuk justru memuji Tuhan, bernyanyi dan bersorak-sorak karena Allah. 
Mengapa dalam menghadapi kesulitan Habakuk tetap bersorak memuji Tuhan? Sebab Habakuk melihat bahwa Allah tidak tinggal diam. Dia sedang bertindak menyelesaikan masalah walaupun tidak sesuai dengan cara yang dibayangkannya. Itulah tanda kedewasaan iman. 
Dalam perjalanan kehidupan kita, ada kalanya kita mengalami masa sulit. Masa ketika kita merasa tidak lagi memiliki kekuatan untuk melangkah maju dan segala kesulitan mengimpit kita seolah tidak ada jalan keluar. Marilah kita meresapi puji-pujian Nabi Habakuk: bahwa dalam kesulitan apa pun, kita akan tetap bersorak-sorak di dalam Allah, maka Dia akan memberi kekuatan kepada kita. Marilah kita tetap memuji Tuhan dan selalu percaya akan janji penyertaan-Nya, selalu menanti-nantikan Allah sumber kekuatan dan penghiburan kita.

Sekalipun Kekuatanku Lenyap, Aku Akan Memuji-Mu.
Sekalipun Aku Tidak Memiliki Lagu, Aku Akan Memuji-Mu.—Hillsong United

Sabtu, 07 Oktober 2017

Renungan Minggu Kedua Oktober 2017

“ JANGAN KEHILANGAN PENGHARAPAN “
“Berharaplah kepada Tuhan, hai Israel! Sebab pada Tuhan ada kasih setia, dan Ia banyak kali mengadakan pembebasan.”
( Mazmur 130:7 )

Suatu ketika seorang petani sedang mengamat-amati seekor burung gereja kecil yang tengah tertelungkup di tengah-tengah ladangnya. Petani itu lalu berhenti mencangkul, memandang makhluk kecil itu dan bertanya, “Mengapa engkau berdiri terbalik seperti itu?” “Aku dengar bahwa langit akan runtuh hari ini,” jawab si burung. Petani tersebut tertawa terpingkal-pingkal mendengarnya. “Kalau itu benar terjadi,” ujar si petani. “Menurutmu apa kaki-kaki kecilmu yang kurus itu dapat menahan langit?” Burung gereja menjawab santai, “Mungkin tidak bisa, tetapi aku harus melakukan apa yang masih bisa aku lakukan.”

Tekanan, ujian sering melumpuhkan orang. Maksudnya, gara-gara ada persoalan, tidak sedikit kehiduapan orang percaya memilih tidak mau melakukan apa-apa, hanya menangis, mengunci diri di kamar, tidak mau makan, malas ke gereja, dan seterusnya. Padahal, di tengah badai sekalipun masih ada yang bisa dikerjakan. Mungkin saudara dan  saya tidak bisa menahan persoalan, tidak bisa berbuat apa-apa untuk mengubah keadaan, namun kita tetap bisa berdoa dan berharap pada Tuhan.

Menaruh pengharapan kepada Tuhan, akan membuat masa depan lebih baik dan menjadikan kita lebih kuat. Jadi… jangan pernah kehilangan pengharapan.

Jika tidak ada harapan akan masa depan, tidak akan ada kekuatan untuk melangkah hari ini. (John C. Maxwell)